Posted by : Pakdhe Keong
Tuesday, May 14, 2013
Keistimewaan Berbakti Pada Orangtua
"Bila kepada ibumu engkau berbakti, maka Allah yang paling bersyukur Dia membalas amal baktimu dengan pahala yang amat besar sekalipun amal yang kau lakukan minim, sangat sedikit "
Kami untuk yang ketiga kalinya akan membahas topik bagaimana kita harus
berbakti pada orangtua, karena berbakti kepada orangtua merupakan
salahsatu sendi agama yang harus senantiasa diperhatikan karena berbakti
pada orangtua bisa menjadi penebus dosa dan menambah keberkahan hidup.
1. Sebagai Penebus Dosa
Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban menyuguhkan sebuah riwayat bersumber dari
Abdullah bin Umar: Pada suatu ketika ada seorang lelaki datang menghadap
Rasuluilah, seraya berkata: "Ya Rasulallah, aku telah melakukan dosa
besar. Adakah taubatku masih bisa diterima?" Rasuluilah balik bertanya:"
Adakah ibumu masih hidup?" Dalam riwayat lain diterangkan,bahwa
Rasuluilah bertanya: "Adakah kamu masih memiliki kedua orangtua?"
Jawabnya: "Tidak, aku sudah tidak memiliki orangtua." Lantas Rasulullah
kembali bertanya: "Adakah kamu masih memiliki bibi (saudara perempuan
ibu)?" Jawabnya: "Ya, masih." Kemudian Rasuluilah bersabda: "Sebagai
tebusannya, berbaktilah kepada bibimu." Dalam pandangan Islam, khalah
(bibi) kedudukannya adalah sama dengan ibu
Ibnu Abbas pada suatu ketika bercerita kepada Atha' bin Yasar, bahwa ada
seorang lelaki datang menghadap kepadanya. Lelaki itu bertanya: "Ya Ibn
Abbas, aku telah melamar seorang wanita jelita. Tetapi dia menolak
lamaranku. Pada saat yang lain dia dilamar lelaki lain, dan lamaran itu
diterima. Hal tersebut membuat hatiku kalut dan cemburu, sehingga wanita
Itu aku bunuh. Ya Ibn Abbas, masihkah terbuka pintu taubat bagiku?"
Ibnu Abbas lalu bertanya: "Adakah ibumu masih hidup?" Jawabnya: "Tidak,
ibuku sudah meninggal." Selanjutnya Ibnu Abbas berkata: "Bertaubatlah
kepada Allah dan bertaqarrublah kepada-Nya dengan semaksimal mungkin."
Dalam kisah di atas ditegaskan, bahwa kemudian Atha' mengajukan
pertanyaan kepada Ibnu Abbas: "Mengapa kamu menanyakan apakah ibunya
masih hidup atau sudah meninggal?" Jawab Ibnu Abbas: "Aku belum pernah
mengetahui suatu amalan pun yang lebih mendekatkan diri kepada Allah
selain daripada berbakti kepada ibu." Keterangan ini juga diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dalara kitab Al-Adahul-Mufrad, dan oleh Imam Baihaqi dalam kitab Syu 'abul-lman.
Jadi, "berbakti kepada orangtua, pada dasarnya dapat melebur dosa besar." Ini sejalan dengan riwayat yang dinuqil Imam Safarini dalam kitab Syarah Manzhumatil Adab yang bersumber
dari Imam Ahmad. Yakni berbakti kepada orangtua dapat melebur dosa-dosa
besar. Dan Imam Ahmad menegaskan, bahwa keterangan ini berdasarkan apa
yang dituturkan oleh Imam Ibnu Abdil-Bar dari Makkhul.
2. Menambah Keberkahan Hidup
Rasulullah telah menghimbau dengan sabdanya: "Barangsiapa
ingin panjang umur dan beroleh rizki melimpah ruah, maka hendaklah dia
berbakti kepada orangtua dan menyambung tali persaudaraan." (HR Imam
Ahmad dari Anas bin Malik).
Rasulullah telah menegaskan, bahwa barangsiapa berbakti kepada orangtua,
maka dia akan memperoleh kebahagiaan panjang umur yang penuh
keberkatan.(HR. Imam Abu Ya'la dan Thabrani bersumber dari Mu'adz bin
Jabal)
Imam Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menyuguhkan sebuah riwayat bersumber
dari Tsauban, bahwa Rasulullah pada suatu ketika pernah menegaskan bahwa
seseorang adakalanya mendapat kesempitan ekonomi sebagai akibat dari
dosa yang dilakukan. Dan tidak ada yang dapat menolak takdir Allah
kecuali doa, serta tidak ada yang dapat menambah keberkatan umur kecuali
dengan berbakti kepada orangtua. Jadi, dalam konteks ini Rasulullah
menggariskan, bahwa kelapangan rizki serta keberkatan hidup dapat
digapai dengan memperbanyak taubat dan meningkatkan birrul-walidain.
Imam Hakim juga mengetengahkan sebuah riwayat yang bersumber dari Abi
Hurairah, bahwa Rasulullah telah berpesan, "Berbaktilah kepada kedua
orangtuamu, tentu anak-anakmu kelak akan berbakti kepadamu. Barangsiapa
dimintai maaf oleh saudaranya hendaklah dia memaafkannya, baik dia
berada di pihak yang benar maupun di pihak yang salah. Apabila dia tidak
melakukannya, maka kelak tidak akan dapat mendatangi telagaku di
sorga."
Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadis bersumber dari Abdullah bin
Umar, bahwa Rasulullah pernah berpesan: "Berbaktilah kepada orangtuamu,
niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu. Peliharalah kehormatan istri
orang lain, niscaya istrimu juga akan terpelihara dari perbuatan
tercela."
Jadi, orangtua adalah cermin masa depan anak. Bila dalam rumahtangga
terbina hubungan yang harmonis antar anggota keluarga, saling memenuhi
hak masing-masing serta saling menghormati, maka sudah barang tentu
anak-anak pun pada masa mendatang akan selalu menjunjung tinggi perintah
orangtua, memelihara dan menjaganya ketika sudah lanjut usia. Sebab
pada awal mulanya orangtua tersebut telah memberikan contoh langsung
dalam bentuk perbuatan berbakti kepada orangtua. Artinya, orangtua
tersebut telah melakukan birrul walidain di hadapan anak-anak, sehingga
mereka tidak merasa berkeberatan mengikuti jejak langkah orangtuanya.
Kebiasaan dalam rumahtangga akan dibawa oleh anak-anak dalam mengarungi
jenjang rumahtangga baru. Karena itu suasana damai, saling menghormati,
dan penuh kasih harus diciptakan setiap saat. Cara yang paling tepat
adalah dengan memelihara dan memenuhi hak masing-masing.
Imam Nasai menyuguhkan sebuah riwayat bersumber dari Aisyah, bahwa
Rasulullah pernah bercerita: Ketika beliau memasuki sorga, mendengar
sebuah qiraah (bacaan Al-Qur'an). Beliau bertanya: "Siapa dia?"
Jawabnya: "Dia adalah Haritsah bin Nukman yang selalu berbakti kepada
ibunya." Suara merdu alunan kalam Ilahi tersebut sebagai balasan atas
kebaikannya dalam berbakti kepada orangtua. Dan memang Haritsah bin
Nukman seorang yang paling berbakti kepada orangtua, sehingga memperoleh
kedudukan serta derajat tinggi di sorga.
Pada suatu ketika ada seorang lelaki datang kepada Abi Darda', lalu
bercerita. Dalam ceritanya dia berkata: "Ayahku hingga kini masih selalu
mengatur diriku, sekalipun aku sudah dinikahkan. Bahkan sekarang
memerintahkan kepadaku agar menceraikan istriku." Abi Darda' mendengar
pengaduan lelaki tersebut langsung berkata: "Aku bukan termasuk model
orang yang akan menyuruh kamu mendurhakai orangtua, dan bukan pula orang
yang memerintahkan kepadamu untuk menceraikan istri. Tetapi kalau kamu
bersedia mendengarkan, aku akan menyampaikan sesuatu yang pernah aku
dengar dari Rasulullah. Beliau pernah bersabda: "Ayah adalah pintu sorga
yang paling tengah. Maka bila kamu mau, peliharalah pintu itu. Dan jika
tidak, maka tinggalkanlah." Demikian Imam Ibnu Hibban meriwayatkan
dalam kitab Shahihnya.
Imam Baidhawi menjelaskan tentang maksud hadis di atas, bahwa amal
perbuatan yang paling tepat untuk dijadikan sarana masuk sorga, serta
jalan yang paling tepat untuk meraih derajat yang mulia dan kedudukan
yang luhur di dalam sorga, adalah berbakti kepada kedua orangtua,
menghormati, menyantuni, dan memelihara serta mengendalikan diri jangan
sampai menyinggung apalagi menyakiti perasaan maupun badannya.
Imam Al-Hifni menegaskan, bahwa pengertian yang terkandung dalam hadis
tersebut adalah bahwa taat dan berbakti kepada orangtua merupakan
penyebab yang mengantar seseorang masuk pintu sorga yang paling utama,
dan bersukaria di dalamnya. Jadi, yang dimaksud: Ayah adalah pintu sorga yang paling tengah bukanlah suatu
pengertian kongkrit. Tetapi sejalan dengan sebuah riwayat hadis
marfu'yang menegaskan: "Pintu sorga yang paling tengah selalu terbuka
bagi mereka yang berbakti kepada kedua orangtua.
Barangsiapa berbakti kepada kedua orangtua, baginya dibukakan pintu
sorga. Dan barangsiapa durhaka kepada kedua orangtua, maka pintu sorga
tertutup buatnya." Jadi, sorga hanya diberikan kepada seseorang yang
berbakti kepada orangtua. Dan pintu neraka terbuka luas bagi mereka yang
mendurhakainya. Demikian Ibnu Syahin mengetengahkan sebuah riwayat
dalam kitab At-Targhib, dan Imam Dailami dalam kitab Musnadul-Firdaus.
Keberkatan hidup, kebahagiaan lahir batin bagi seseorang sangat
tergantung pada bagaimana dia menyikapi terhadap orangtua. Semakin
tinggi tingkat ketaatan dan kebaktiannya, maka keberkatan hidup yang
semakin luas pun menyertainya.
Semoga kita semua dapat memahami dan mengamalkan teladan dari
kisah-kisah sahabat yang semuanya diriwayatkan dalam hadist Nabi SAW,
Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin..
( Sumber : Menikahlah, Engkau Manjadi Kaya, A Mudjab Mahalli )
Navigation